Sabtu, 09 April 2011

pahit getirnya dlam kehidupan ini,hanya ibarat garam yg masuk dlam telaga.

pada suatu hari,tatkala sang merah mulai muncul dlm atap genteng bersama hembusan sang angn liar..hiduplah
seorang tua yang bijak. Pada
suatu pagi, datanglah seorang
anak muda yang sedang
dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda
itu, memang tampak seperti
orang yang tak bahagia.
Pemuda itu menceritakan
semua masalahnya. Pak Tua yang bijak
mendengarkan dengan
seksama. Beliau lalu
mengambil segenggam
garam dan segelas air.
Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas,lalu diaduk
perlahan.
“Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, ” ujar Pak tua itu.
“Asin. Asin sekali, ” jawab sang tamu, sambil meludah
kesamping. Pak Tua tersenyum kecil
mendengar jawaban itu.
Beliau lalu mengajak sang
pemuda ke tepi telaga di
dekat tempat tinggal Beliau.
Sesampai di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam
garam ke dalam telaga itu.
Dengan sepotong kayu,
diaduknya air telaga itu.
“Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Saat pemuda itu selesai
mereguk air itu, Beliau
bertanya, “Bagaimana rasanya ?” “Segar,” sahut sang pemuda. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya Beliau lagi.
“Tidak,” jawab si anak muda. Dengan lembut Pak Tua
menepuk-nepuk punggung si
anak muda. “Anak muda,dengarlah. Pahitnya
kehidupan, adalah layaknya
segenggam garam tadi, tak
lebih dan tak kurang. Jumlah
garam yang kutaburkan
sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda.
Demikian pula kepahitan
akan kegagalan yang kita
rasakan dalam hidup ini, akan
sangat tergantung dari
wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan
didasarkan dari perasaan
tempat kita meletakkan
segalanya. Itu semua akan
tergantung pada hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan
dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan.
Lapangkanlah dadamu
menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan
itu.” Beliau melanjutkan
nasehatnya. ”Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu
adalah tempat itu. Kalbumu
adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi,
jangan jadikan hatimu itu
seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu
meredam setiap kepahitan
itu dan merubahnya menjadi
kesegaran dan kebahagiaan. ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog